“Memergoki” selalu identik dengan menjumpai tanpa sengaja suatu kejadian yang tidak diinginkan. Memergoki anak adalah menjumpai anak tanpa sengaja sedang melakukan perbuatan yang tidak semestinya ia lakukan, seperti saat orangtua melihatnya membuang sampah di sembarang tempat.
Sikap yang paling bijak sebagai orangtua saat memergokinya adalah tidak reaktif dan langsung menyalahkan perbuatan si anak. Orangtua dapat menanyakan alasan ia membuang sampah tidak pada tempatnya. Dengan cara bertanya orangtua akan lebih bijak dalam merespon, disamping dapat memilih respon berdasarkan fakta sesungguhnya yang dikemukakan oleh anak.
Ada beberapa pertanyaan yang menjadi alasan seorang anak membuang sampah sembarangan.
Pertama, apakah di tempat tersebut mudah dijumpai tempat sampah sehingga anak mudah membuang sampah pada tempatnya? Kedua, apakah kita telah membangun kebiasaan kepada anak tersebut untuk membuang sampah pada tempatnya? Ketiga, apakah anak kita memang malas untuk membuang sampah di tempatnya? Setiap jawaban pertanyaan di atas akan memunculkan respon yang tepat terhadap anak.
Masalahnya sekarang banyak orangtua yang senang mencari kesempatan untuk dapat memergoki anaknya. Mereka beralasan ingin mengetahui si anak selalu taat kepada perintah orangtua atau tidak. Dengan sikap orangtua tersebut, masalah tidak akan muncul jika kebetulan si anak selalu menaati perintah orangtuanya, karena orangtua cenderung merespon ketaatan anaknya dengan baik dan benar.
Karena niat semula adalah memergoki anak, yang sering terjadi orangtua justru menjumpai fakta sebaliknya, yaitu anak tidak menaati perintah mereka. Reaksi berlebihan dari orangtua yang merasa selama ini dibohongi oleh anaknya justru menimbulkan masalah yang cukup rumit.
Ada beberapa dampak negatif apabila orangtua sering berniat memergoki anak melakukan kesalahan.
Pertama, anak merasa tidak dipercayai oleh orangtua sehingga perlu selalu diawasi oleh mereka. Kedua, perasaan diawasi memunculkan tantangan bagi anak untuk mencari kesempatan melakukan perbuatan tersebut tanpa diketahui oleh orangtua. Ketiga, perbuatan tersebut menjadi semakin melekat pada diri anak. Mulanya anak sekedar melakukan kesalahan tanpa perasaan menjadi melakukannya sebagai tantangan yang harus dia kalahkan.
Mengapa orangtua tidak berpikir untuk memergoki anak saat melakukan kebaikan? Bagi orangtua yang sering merasa jengkel terhadap perilaku kedua putranya yang sering bertengkar dan berantem, mereka dapat mencari waktu dan kesempatan untuk memergoki kedua putranya itu saat melakukan kegiatan bersama, kemudian meresponnya dengan pujian dan penghargaan atas kerjasama tersebut.
Memergoki anak saat melakukan perbuatan baik sebenarnya telah mendatangkan banyak manfaat bagi orangtua.
Pertama, perilaku yang kita inginkan semakin kuat menancap pada benak anak. Ibarat kertas putih yang bernoda, jika kita selalu fokus pada sisi putih kertas tersebut, maka nodanya akan semakin samar. Kedua, meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri anak, karena secara spontan mereka dijumpai oleh orangtuanya ketika berbuat baik. Ketiga, muncul psikologi salah tingkah, bingung, dan kaget dalam diri anak yang tak sengaja dipergoki. Saat seperti ini adalah saat yang baik untuk membangun kepercayaan diri dan memasukkan nilai pada diri anak.
Semakin sering kita memergoki anak tengah berbuat baik, kemudian memberinya pujian dan penghargaan yang tulus, semakin tinggi harga diri anak dan semakin menancap perbuatan-perbuatan baik tersebut dalam dirinya.
Miftahul Jinan, M.Pd.I,. LCPC
Direktur Griya Parenting Indonesia
Disadur dari buku “Tips Instan Mendidik Anak”