Hari itu saya melihat anak kedua saya yang sedang makan pagi bermain-main dengan kartunya. Sesekali ia memang menyendok makanannya tapi tampaknya ia lebih fokus pada kartunya.
Keesokan harinya ia mengambil mobil kecilnya sambil menyelesaikan makan siangnya secara lambat. Beberapa hari setelah itu ia memang selalu mengambil mainannya di sela-sela waktu makan.
Kami tidak berpikir apa pun terhadap kegiatan anak ketika makan, kecuali hanya memberi peringatan kepadanya untuk segera menyelesaikan makannya. Saat ini, setelah beberapa bulan ia mengulang dan menikmati proses tersebut, anak kami mempunyai habit yang kurang baik saat makan, yaitu selalu mencari sarana untuk bermain. Sekarang kami merasakan betapa sulitnya menghilangkan kebiasaan bermain sambil makan.
Setiap hari banyak kegiatan yang dilakukan oleh anak dan diantara kegiatan-kegiatan tersebut terjadi berulang-ulang. Kegiatan yang diulang-ulang oleh anak pada tahap tertentu akan menjadi habit bagi dirinya.
Ketika seorang anak melakukan pengulangan terhadap kegiatan yang baik, sebenarnya ia sedang membangun habit yang baik bagi dirinya. Sebaliknya, ketika seorang anak mengulang-ulang kegiatan yang kurang baik, sebenarnya ia juga sedang membangun habit yang kurang baik.
Ada sebuah kata mutiara yang sangat terkait dengan pembangunan habit ini, “Hati-hati dengan pikiran kita, karena ia dapat mendorong perbuatan kita. Hati-hati dengan perbuatan kita, karena ia akan membangun habit (kebiasaan) kita. Hati-hati dengan habit kita, karena ia dapat membangun karakter kita. Hati-hati dengan karakter kita, karena ia dapat menentukan masa depan kita”.
Suatu hari saya membuat aturan dengan anak-anak tentang jadwal menonton televisi, yaitu menonton televisi hanya bisa dilakukan pada hari Sabtu dan Ahad. Kemudian kami mulai memberi kegiatan pada waktu kosong mereka dengan membaca buku.
Kami tidak meminta dan menyuruh mereka untuk membaca, tetapi hanya meletakkan buku-buku cerita bergambar dan berwarna di atas meja. Mereka pun mulai membuka buku-buku tersebut untuk sekedar melihat-lihat gambar dan menanyakan isinya kepada kami kemudian kami membacakan buku-buku tersebut di hadapan mereka.
Kegiatan tersebut berlanjut hingga mereka kini sudah dapat membacanya sendiri dan habit untuk membaca telah tertancap kuat dalam keseharian mereka.
Beberapa habit anak muncul tanpa perencanaan dan usaha dari orangtua, seperti habit saat makan di atas. Namun, beberapa habit anak memang direncanakan kemunculannya oleh orangtua, seperti membaca buku.
Di sinilah sebenarnya muncul tantangan bagi orangtua untuk menjadikan habit yang muncul dengan sendirinya adalah habit-habit yang baik dan tidak memberikan ruang bagi munculnya habit-habit yang kurang baik. Orangtua dapat sengaja memunculkan habit-habit yang baik dan dibutuhkan oleh anak untuk masa depannya.
Ada beberapa panduan yang dapat digunakan oleh orang tua saat mereka ingin membangun sebuah habit yang bermanfaat bagi anaknya, diantaranya:
1. Butuh Waktu 30 Hari
Butuh waktu 30 hari untuk membangun satu habit tertentu. Beberapa orangtua yang berusaha membangun banyak habit dalam 30 hari justru merasakan kegagalan dalam membangunnya.
2. Berikan Anak Feedback
Memberikan feedback kepada anak. Saat anak sudah mulai menikmati kebiasaan baru yang baik, orangtua harus memberikan dukungan kepadanya dengan memberi penghargaan berupa pujian atau perhatian.
3. Menjelaskan Manfaat dari Habit yang Baik
Menjadikan anak merasa butuh terhadap munculnya habit tersebut. Orangtua sangat perlu untuk menjelaskan betapa penting dan bermanfaat jika Ia memiliki habit tertentu. Sebuah habit yang terbangun dari sebuah kesadaran atas manfaat dan pentingnya sebuah habit bagi masa depannya akan dapat tertancap dengan kuat pada diri anak.
4. Ajari Anak untuk Konsisten
Konsisten dalam mempraktikkan sebuah habit. Sebuah habit yang dilakukan hanya sesekali pada saat seorang anak mengingatnya tidak akan tumbuh secara kokoh.
5. Menulis dan Mendeskripsikan Habit yang Baik
Menuliskan habit dalam sebuah deskripsi yang jelas. Tidak baik meletakkan sebuah habit hanya dalam pikiran karena pikiran akan mudah berubah sesuai dengan kecenderungan pikiran kita.
6. Membangun Habit Ramadhan
Ramadhan telah datang dengan segala nuansanya. Beberapa kebiasaan (habit) selama hari-hari sebelum Ramadhan akan berubah menjadi beberapa kebiasaan baru khas bulan Ramadhan.
Pada satu sisi, kondisi ini menjadi tantangan bagi orangtua untuk membawa habit yang baik sebelum Ramadhan agar tetap hadir selama Ramadhan dan meninggalkan habit yang kurang baik sebelum Ramadhan tiba. Pada sisi yang lain, Ramadhan juga menawarkan habit-habit baru yang baik untuk dipatenkan menjadi habit anak pasca Ramadhan.
Kebiasaan shalat berjamaah di masjid, makan bersama di rumah, tilawah Al Qur’an setiap hari, bangun malam melaksanakan shalat, menahan emosi dan amarah adalah beberapa contoh kebiasaan yang sangat mungkin dapat dibangun pada diri anak.
Nuansa Ramadhan memberikan kemudahan bagi orangtua untuk menjadikan anak-anak termotivasi dan terkondisi membangun habit-habit di atas.
Orangtua dapat menjadi contoh yang mempermudah anak untuk meniru kebiasaan baru. Orangtua juga dapat mendiskusikan dengan anak habit yang akan dibangun dan alasan perlunya membangun habit tersebut.
Marhaban, Ya Ramadhan. Mari kita membangun habit baru untuk kebaikan karakter anak-anak kita.
Miftahul Jinan, M.Pd.I., LCPC.
Direktur Griya Parenting Indonesia
Disadur dari buku “Tips Instan Mendidik Anak”