Hampir setiap orang memiliki ‘masalah’ -atau minimal pernah mengalaminya- dalam menjalani kehidupan di dunia ini baik berupa luka masa lalu ataupun kecemasan terhadap masa depan. Dan kita juga menyadari bahwa nyaris setiap orang memiliki harapan, target, dan tujuan (goal).
Dalam konteks tersebut, ada orang yang berhasil menyelesaikannya secara mandiri, namun ada juga yang membutuhkan bantuan orang lain.
Untuk membantu orang lain kita mengenal banyak sekali pendekatan yang bisa digunakan oleh ahli agar kehidupan klien lebih positif dan produktif. ‘Alat bantu’ atau pendekatan yang dimaksud adalah seperti coaching, teaching, mentoring, dan counseling. Penulis menyebutnya dengan istilah Coaching and Friends.
Teaching Approcach
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mengajar berasal dari kata ‘ajar’ yang memiliki arti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui. Sehingga dalam konteks pembelajaran di kelas, mengajar (teaching) dapat didefinisikan sebagai serangkaian proses penyampaian materi atau bahan pelajaran kepada siswa agar mereka mampu mengetahui, memahami, memanfaatkan bahkan mengembangkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam proses tersebut, pengajar (teacher) dapat menggunakan metode ‘tandur’, yakni tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, dan rayakan.
Mentoring Approach
Adalah bentuk pendampingan/buddying yaitu; orang-orang yang baru masuk bekerja atau orang-orang yang akan menempati posisi baru atau jabatan baru. Dalam program mentoring, lembaga/perusahaan memiliki orang ahli atau orang-orang di dalam organisasi yang berpengalaman yang dapat berbagi, membimbing dan memberikan umpan balik yang disebut mentor, terhadap mentee (orang yang dimentoring). Seorang mentee dapat belajar dan mempelajarinya dengan osmosis yaitu dengan cara ditunjukkan dan dengan melakukannya.
Counseling Approach
Umumnya berfokus pada penyelesaian masalah yang menyangkut psikologis, mental atau emosi personal di sebuah lembaga. Permasalahan ini secara umum dapat bersumber dari intenal dan eksternal. Sumber internal tersebut, tentu muncul dari dalam dirinya sendiri misalnya kekurang cakapan, kendala kesiapan fisik dan mental dan bahkan budaya/kebiasaan mereka sendiri.
Sedangkan lingkungan eksternal antara lain berasal dari lingkungan kerja yang kurang kondusif, beban kerja yang berlebihan, maupun lingkungan keluarga yang berdampak pada kesiapan melakukan pekerjaan.
Singkat kata, potensi negatif untuk munculnya masalah begitu besar dan hal ini harus diantisipasi oleh manajemen lembaga bagaimana agar masalah tersebut bisa dihindari dan ditekan seminim mungkin. Sehingga, baik kinerja pribadi maupun kinerja organisasi lebih optimal.
Situasi kerja yang membutuhkan konseling, lebih mengarah pada aspek psikologis dari individual, sehingga untuk melaksanakan konseling seorang manager perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan untuk memahami kebutuhan-kebutuhan psikologis tersebut.
Coaching Approach
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan lebih lanjut karena membawa “Potensi terbaik dalam diri seseorang (coachee) dan mampu meningkatkan keterampilan, serta membawa mereka ke dalam proses pembelajaran tentang sikap dan perilaku. Hal ini memungkinkan individu untuk mengenali bagaimana tanggapan mereka terhadap tugas dan situasi yang benar-benar dapat berdampak pada kemampuan mereka, tingkat keberhasilan dan kinerja mereka. Coaching membantu mereka untuk menemukan bagaimana mereka dapat meningkatkan, memotivasi dan mendorong mereka sepanjang waktu.
Coaching berbeda dengan pelatihan, seorang coach yang baik tidak memiliki semua jawaban. Keterampilan seorang coach adalah mengajukan pertanyaan yang tepat dan mendengarkan dengan aktif. Dengan metode ini seorang individu akan menciptakan sendiri tingkat kepercayaan baru dan pemberdayaan pada dirinya.

Perbedaan Coaching dengan Teknik lain
Coaching dan Training
Coaching adalah pendekatan yang berfokus kepada menentukan tujuan/sasaran, menciptakan hasil, dan mengelola perubahan-perubahan secara personal, tentu berbeda dengan training. Secara umum pengertian training adalah sebagai proses pemberian pengalaman belajar yang terstruktur untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Training adalah proses transfer yang dilakukan oleh seorang ahli di bidang tertentu kepada orang lain yang membutuhkannya. Dengan training ini, diharapkan peserta akan mengalami perubahan pengetahuan, perilaku, dan sikap tertentu.
Di titik ini coaching berbeda dengan training, di mana training adalah proses transfer dari seorang yang ahli kepada yang membutuhkan, sementara coaching lebih kepada proses penemuan sendiri (self-discovery) dari klien dengan fasilitasi dari seorang coach. Dari proses penemuan sendiri tersebut akan bermuara kepada pengambilan keputusan sendiri tentang sesuatu yang akan dilakukan.
Jadi urutannya adalah training terlebih dahulu, baru kemudian dilanjutkan dengan coaching, maka akan menjadi sebuah tool yang berguna untuk mengembangkan kinerja personal dan tim. Atau dengan kata lain, coaching adalah tool yang digunakan untuk mendorong tim agar berperforma lebih setelah memperoleh training dengan tepat.
Coaching dan Mentoring
Mentoring adalah sebuah proses untuk membantu seseorang menuju tujuan profesionalnya. Orang yang membantu disebut sebagai mentor dan yang dibantu disebut sebagai mentee.
Seorang mentor akan memberikan saran yang tepat berdasarkan pengalaman profesionalnya, terhadap kelebihan dan kelemahan mentee, sehingga mentee ini dapat secara bertahap mampu menuju ke tujuannya.
Mentor pada umumnya sangat berpengalaman di bidang tertentu, sehingga selain memberikan saran, juga mampu menuntun dalam menyelesaikan tantangan dan hambatan yang dihadapi mentee dengan caranya.
Mentoring dan coaching adalah dua pendekatan yang bisa saling melengkapi, di mana keahlian, pengalaman, dan keteladanan mentor adalah syarat utama, sementara di dalam coaching lebih mementingkan keterampilan mendengarkan dan bertanya yang “menggerakkan”.
Mentor dapat melakukan panduan serta berbagi pengalaman dan pengarahan yang sangat terstruktur kepada mentee, sementara coach lebih banyak memandu klien untuk menemukan potensinya dalam menuju targetnya.
Beberapa ahli memberikan penjelasan, bahwa mentoring mempunyai cakupan yang lebih luas, di mana di dalam proses mentoring, seorang mentor dapat melakukan proses bantuan dalam bentuk coaching, training, dan konseling dengan menyesuaikan kondisi dari mentee-nya.
Coaching dan Counseling
Counseling adalah bantuan profesional yang dilakukan oleh konselor kepada klien untuk mengatasi masalah yang mendesak untuk diselesaikan, terutama urusan personal klien.
Dalam prosesnya, konselor menggali latar belakang masalah klien di masa lalu, untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap, untuk mendapatkan bantuan penyelesaiannya. Dengan bantuan konselor, diharapkan klien akan mempunyai kesiapan yang prima untuk siap menghadapi tantangan masa depan.
Dari pengertian tersebut, antara coaching dan konseling adalah dua pendekatan yang mirip, yaitu mengantarkan klien menuju tujuan atau target tertentunya.
Perbedaannya adalah pada ‘coaching’ fokus kepada meningkatkan kinerja di kondisi saat ini menuju target di masa depan, sedangkan ‘konseling’ berpusat dari masalah yang dihadapi klien akibat kejadian masa lalu, menuju ke masa kini (terselesaikan penyelesaian masa lalunya).
Dengan demikian, coaching and friends memiliki titik tekannya masing-masing, sehingga coaching and friends dapat digunakan dalam konteks, waktu dan kebutuhannya.

Coaching sebagai Proses Pemberdayaan dan Kesadaran Diri
Pengertian Coaching
Mari kita mulai proses pemberdayaan diri dan kesadaran diri, dengan memahami terlebih dahulu pengertian coaching.
“Coaching is unlocking a person’s potential to maximize their own performance. It is helping them to learn rather than teaching them”. (Whitmore, 2002, dalam Thomson 2009).
(Coaching adalah membuka kunci potensi seseorang untuk memaksimalkan kinerja mereka sendiri. Ini membantu mereka belajar daripada mengajar mereka)
“Coaching is the art of facilitating the performance, learning, and development of another” (Myles Downey, 2003, dalam Thomson 2009).
(Coaching adalah seni memfasilitasi kinerja, belajar, dan pengembangan dari seseorang)
“Coaching is the process of helping someone enhance or improve their performance through reflection on how they apply a specific skill and/or knowledge” (Thorpe, 2003). (Coaching adalah proses membantu seseorang untuk mengayakan atau meningkatkan kinerja mereka melalui refleksi dalam hal bagaimana mereka mengaplikasikan keterampilan dan/atau pengetahuannya).
“Coaching is a relationship to facilitate the performance, learning or development of another”. (Thomson, 2009).
(Coaching adalah hubungan untuk memfasilitasi kinerja, belajar atau pengembangan dari seseorang).
“Coaching is partnering with clients in a thought-provoking and creative process that inspires them to maximize their personal and professional potential”. (ICF, dalam Rachmanto, F, dkk, 2010).
Coaching adalah sebuah bentuk kemitraan dengan klien (coachee) di dalam proses yang memprovokasi pikiran dan kreativitas untuk menginspirasi klien dalam memaksimalkan potensi baik secara personal maupun profesional.
Dari beberapa pengertian coaching tersebut, kita bisa mendapatkan gambaran, bahwa coaching adalah serangkaian proses pembicaraan yang terarah yang dilakukan oleh seorang coach kepada klien, yang membantu memfasilitasi klien dalam hubungan kemitraan, agar dapat menyadari tentang potensi-potensinya, memaksimalkan potensi-potensi tersebut, untuk digunakan dalam mencapai kinerja terbaik di dalam kehidupannya.
Jadi ada tiga frasa kunci dari pengertian coaching di atas, yaitu kemitraan, provokasi pikiran dan kreativitas, dan memaksimalkan potensi.
Kemitraan
Proses dalam coaching didasarkan pada hubungan yang setara antara coach dan klien, yaitu saling bekerja sama, menjaga kenetralan hubungan dan saling menghargai satu dengan lain. Coach tidak berada pada posisi atau otoritas yang lebih tinggi dari klien.
Provokasi Pikiran dan Kreativitas
Provokasi menimbulkan reaksi yang berbeda dengan menginstruksi, memerintah, atau mengarahkan. Memprovokasi membuat klien menemukan jawaban dan solusi dari pikirannya sendiri atau bisa lebih terbangun kesadaran dirinya. Melalui serangkaian pertanyaan yang tepat dan mendengarkan klien secara aktif, coach memicu klien berpikir lebih dalam untuk menggali ide-ide baru.
Provokasi pikiran juga membantu klien untuk meluaskan zona nyamannya. Dalam proses ini, klien akan sering menemukan jawaban yang mungkin tidak atau belum terpikirkan sebelumnya. Karena lahir dari temuannya sendiri, klien menjadi lebih antusias, berdaya, dan bertanggung jawab dalam mewujudkan kata-katanya.
Memaksimalkan Potensi
Tujuan coaching adalah membantu klien untuk terus berkembang dengan cara memaksimalkan seluruh potensi yang dimilikinya. Potensi tersebut kemudian menjadi pencapaian-pencapaian dengan tingkat yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pencapaian ini bisa saja terjadi di aspek personal, profesional, dan area-area lain dari klien.
Manfaat Coaching
Membudayakan coaching di sebuah organisasi dapat merangsang komunikasi menjadi terbangun lebih baik dan mengembangkan iklim yang positif di dalam organisasi. Dampak berikutnya adalah adanya peningkatan kinerja seseorang menuju target yang telah dicanangkan.
Jika prosesnya berjalan dengan selaras, maka pelatihan yang dilanjutkan dengan coaching akan menghasilkan peningkatan produktivitas karyawan hingga 88% dibandingkan hanya menggunakan pelatihan saja (Alison Griffiths, dalam Fauzi Rachmanto, dkk,2015).
Banyak lagi survey dan riset yang menunjukkan bahwa di dalam organisasi atau perusahaan, dengan menerapkan coaching juga menunjukkan peningkatan produktivitas yang tinggi.
Sumber Bacaan
Amalia, Ina Rizqie, dkk, 2020, Pre-Reading & Assignment, Loop Institute of Coaching.
Santoso, Arif, 2020, Teacher as Coach Panduan Membimbing Siswa dengan Pendekatan Coaching, Filla Press, Sidoarjo
Rachmanto, Fauzi, dkk, 2015, Corporate Heroes, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.