Anak-Anak Semakin Nakal atau Orangtua Semakin Tidak Sabar ?

“Ya Allah, Mbak Yu… anak sekarang ini nakalnya tidak seperti nakalnya kita-kita dahulu. Dahulu jika seorang pemuda menyukai seorang wanita mereka cukup mencari perhatian si wanita dari jarak jauh atau dengan mengirim sepucuk surat yang ia titipkan kepada seorang anak kecil. Sekarang jika seorang wanita menyukai seorang pemuda, mereka langsung mengirim SMS atau menelpon pemuda tersebut. Bahkan akhir-akhir ini muncul satu kebiasaan baru yang sangat meresahkan para orang tua, wanita tersebut dapat memoto salah satu anggota tubuhnya yang sekiranya menarik pemuda tersebut untuk ia kirimkan lewat handphone kepadanya.”

Dahulu nakalnya anak-anak hanya sebatas tingkah laku yang kurang pantas dan tidak sopan, tetapi saat ini kita menjumpai para pemuda yang terjerumus ke dalam tindak kriminal karena mereka telah mengkonsumsi berbagai jenis obat-obatan yang terlarang, narkotika, ganja, dan pil gedek.

Inilah dua penggal contoh keluhan para orangtua terhadap tingkah laku anak-anak mereka saat ini. Mereka mencoba membangun kesan betapa telah nakalnya anak-anak saat ini dengan melakukan perbandingan antara tingkah pola mereka saat masih remaja dan tingkah pola putra-putri mereka saat ini.

Tidak ada yang salah dengan cara orangtua tersebut dalam menyampaikan keluhannya, karena perbedaan antara kenakalan remaja masa lampau dengan kenakalan remaja masa kini memang menimbulkan kesan yang cukup kuat. Mereka dengan tepat dapat mengambil kesimpulan bahwa anak-anak sekarang ini memang semakin nakal.

Sekiranya anak-anak kita mendengar keluhan para orangtua di atas dan diberi kesempatan untuk menyampaikan keluhan seperti keluhan orangtuanya, mereka pun akan menyampaikan keluhan yang tidak kalah serunya dengan keluhan orangtuanya.

“Mengapa orangtua sekarang berbeda dengan orang tua jamannya kakek dan nenek dahulu. Dahulu para orang tua disepertiga akhir malam selalu dihiasi waktunya dengan shalat dan bacaan Al Qur’an, tetapi saat ini para orang tua jam 05.00 pagi masih baru saja bangun dari tidur panjang mereka.”

“Dahulu saat seorang ibu jengkel terhadap sikap anak-anaknya kemudian ia tidak mampu menahan emosinya, yang ia lakukan menangis dan menuju sajadah untuk ia sampaikan segala keluhannya kepada Allah. Tetapi saat ini seringkali jika seorang ibu telah terbakar emosinya dengan sikap anaknya, ia berteriak-teriak seraya menyampaikan sumpah serapah hingga ia merasa puas dengan sikapnya tersebut.”

Anak-anak tersebut dapat juga mengambil kesimpulan bahwa orang tua mereka saat ini memang semakin tidak sabar.

Jika kedua belah pihak saling membandingkan pihak yang lain, yang menurut orangtua anak sekarang semakin nakal dan menurut anak orangtua sekarang semakin tidak sabar, maka kita tidak menemukan apapun kecuali sikap menyalahkan orang lain.

Alangkah indahnya jika lebih terbuka mengevaluasi diri masing-masing. Anak sekarang semakin nakal itu sangat mungkin terjadi dan orangtua sekarang semakin tidak sabar juga hal yang masuk diakal. Dengan sikap seperti ini maka usaha memperbaiki diri mulai dapat dilakukan, yaitu dengan mengurangi kenakalan anak sekarang dan menambah kesabaran orangtua saat ini.

Jika ini terjadi maka jarak antara kenakalan anak dan kesabaran orangtua akan semakin pendek. Kenakalan anak mungkin akan berkurang dengan kesabaran orangtua yang semakin meningkat dan sebaliknya kesabaran orangtua akan semakin meningkat dengan semakin berkurang kenakalan anaknya.

Sebenarnya inti dari judul di atas adalah bagaimana membuat orangtua semakin menyadari bahwa kesabaran dan ketidaksabaran mereka di dalam mereaksi sikap-sikap putra-putri mereka sangat berdampak pada rendah dan tingginya kenakalan putra-putri mereka.

Semakin orangtua bersabar dan bersikap bijak terhadap perilaku putra-putri mereka, maka semakin anak-anak itu berkurang kenakalannya. Sebaliknya, semakin orangtua emosional dan tidak sabar dalam menghadapi perilaku anaknya, maka semakin tinggilah kenakalan anak tersebut.

Mari mengingat kembali sebuah doa yang sering diucapkan oleh putra-putri kita untuk kita semua, “Ya Allah berilah ampunan kepada kami dan kepada kedua orang tua kami, sebagaimana mereka telah mendidik dan membimbing kami saat kami kecil.”

Doa ini sangat menarik untuk kita bahas karena kemungkinan dikabulkannya doa mereka terhadap kita tergantung pada besarnya rasa kasih sayang dan bimbingan kita kepada mereka.

Jika kita membimbing anak-anak kita dengan kasih sayang yang besar dan sungguh-sungguh maka doa itu akan segera dikabulkan oleh Allah. Tetapi sebaliknya jika kita kurang kasih sayang dan tidak sungguh-sungguh di dalam mendidik anak-anak kita mungkin doa itupun kecil kemungkinannya untuk dikabulkan oleh Allah.

Anak-anak kita semakin nakal, atau kita, orang tua, semakin tidak sabar ?

Miftahul Jinan, M. Pd. I., LCPC

Direktur Griya Parenting Indonesia

Disadur dari buku “Alhamdulillah Anakku Nakal”