Sebagai orang yang banyak berkecimpung di dalam dunia pendidikan baik sekolah maupun pesantren, kita sering menjumpai banyaknya barang-barang yang berserak di lingkungan lembaga pendidikan kita. Tentu ini sangat terkait dengan banyaknya siswa atau santri, di mana setiap siswa/santri memang mempunyai barang masing-masing.
Masalah timbul ketika barang-barang tersebut tidak termanage dengan baik oleh mereka. Maka tidak heran kita jumpai barang berserak di berbagai tempat seperti masjid, koredor gedung, ruang asrama dan ruang kelas.
Ada beberapa lembaga yang sudah berinisiatif untuk menyediakan tempat lost and found di beberapa tempat namun tempat-tempat itu justru hanya sebagai pergantian tempat yang tidak pernah berkurang, bahkan semakin hari semakin bertambah barangnya.
Padahal masalahnya buka sekedar ada dan tidak adanya tempat barang yang hilang dan berserak, tetapi sulit bagi pengurus untuk mengembalikan barang-barang tersebut, karena tidak ada identitiasnya. Dari fenomena inilah maka program labelling terasa sangat dibutuhkan untuk dijalankan pada lembaga-lembaga kita.
Ada beberapa manfaat dari program labeling barang yang mestinya bisa memotivasi kita sebagai pengurus lembaga pendidikan untuk menjalankan program ini, di antaranya:
- Saat ada barang-barang ketinggalan atau berserakan tentu dengan mudah pengasuh/guru dapat mengembalikan kepada yang memilikinya
- Barang-barang anak di sekolah maupun pesantren sangat mirip bahkan sama, dengan adanya labelling maka menjadi pembeda diantara barang-barang tersebut. Sehinga dengan label ini dapat dihindari barang yang tertukar.
- Membangun rasa tanggung jawab anak pada barangnya, dengan mengingatkan anak pada barangnya dan mengembalikan jika ketinggalan di berbagai tempat sebenarnya kita sedang mendidik anak betapa pentingnya barang tersebut dan ini bagian dari tanggung jawab pribadi
- Membangun konsep kepemilikan pada anak, saat semua barang telah terlabeli maka muncul tanggung jawab untuk meminjam kepada yang punya barang jika ia ingin menggunakannya.
Dengan beberapa manfaat di atas semoga semakin membuat kita terdorong untuk menjalankan program labelling ini walaupun ada hal-hal yang menantang untuk kita selesaikan di antaranya adalah:
1. Banyaknya Jenis Barang Santri/ Siswa yang Harus di Beri Label.
Tentu tantangan ini tidak boleh menyurutkan kita, karena lebih baik memulai dari sebagian kecil barang mereka daripada tidak sama sekali. Semoga yang kecil ini dapat menjadi pemicu gerakan labelling semua barang mereka secara mandiri.
2. Jenis Barang Sering Berganti
Satu anak dengan satu jenis barang seringkali berganti-ganti setiap hari seperti tempat minum yang bisa mempunyai 3-4 buah untuk hari yang berbeda. Namun dengan program labelling secara mandiri pada anak maka memberi label bukan tugas yang berat bagi guru tetapi rutinitas harian bagi anak dan guru untuk selalu mengingatkan barang yang belum mempunyai label
3. Karakteristik Barang yang Berbeda-beda
Beberapa barang mempunyai karakteristik yang berbeda di dalam labelling, seperti alat tulis, alas kaki, atau tempat minum tentu mempunyai alat labelling yang berbeda. Berarti penyelesaiannya adalah guru harus mempersiapkan beberapa jenis alat labeling sesuai dengan karakteristik barang tersebut.
4. Perbedaan Rasa Tanggung Jawab Anak terhadap Barangnya
Rasa tanggung jawab anak sekarang pada barangnya tentu sangat berbeda dengan anak-anak dahulu. Dulu saat seorang anak meminta pencil kepada orang tua, maka ia hanya dibelikan satu buah. Dengan pencil yang satu itu mereka jaga dan rawat hingga pendek sekali. Lalu kalau suatu ketika pencil itu hilang padahal masih panjang maka akan muncul rasa sedih, kecewa dan takut.
Perasaan itu semua muncul karena rasa tanggung jawabnya terhadap pencilnya. Lalu sekarang bagaimana saat anak-anak meminta pencil ? Maka kita membelikannya tidak cukup hanya satu tetapi 1 dos. Kemudian suatu ketika pencil tersebut hilang apakah juga muncul pada diri anak-anak perasaan seperti di atas ?
Melihat beberapa tantangan di atas maka apa yang harus segera kita lakukan untuk memulai program labelling? Beberapa tahapan program berikut ini dapat kita mulai, yaitu :
- Sosialisasi tentang program labelling terdiri dari penjelasan arti program labelling, manfaat, fakta di lapangan tentang managemen barang, dan tahapan program
- Melakukan labelling pada beberapa barang yang sudah disepakati dengan dibimbing dan dibantu oleh guru maupun mushrif
- Secara berkala bisa satu bulan sekali, seminggu sekali, bahkan setiap hari mengecheck label barang yang sudah disepakati. Alas kaki mungkin hanya butuh satu bulan sekali tetapi tempat minum di mana tiap hari bisa berganti maka perlu setiap hari dilakukan pengechekan
- Setiap kali guru dan mushrif menjumpai barang anak yang belum dilabeli maka guru meminta anak untuk memberi label secara mandiri
Tentu untuk memberi label semua barang siswa/santri adalah tugas yang sangat berat, maka kita harus memilih beberapa barang prioritas untuk diberi label dahulu, dengan harapan bisa menjadi pemicu gerakan labelling barang-barang yang lain secara mandiri.
- Barang-barang yang sangat pribadi, seperti tempat minum, sikat gigi, alas kaki dll
- Barang-barang dengan kemiripan yang tinggi bahkan sama milik satu anak dengan anak yang lain.
- Barang-barang yang paling sering ditinggalkan oleh santri, tentu masing2 lembaga mempunyai karakteristik yang berbeda.
Program labelling barang ini kita jalankan secara Istiqomah hingga tanda-tanda berikut ini telah muncul, yaitu :
- Tidak ada lagi barang yang berserakan di berbagai tempat di lembaga pendidikan kita yang tidak bertuan
- Adanya tempat-tempat lost and found di lembaga kita yang berjalan secara efektif, yaitu setiap kali anak menemukan barang yang berserak sudah ada labelnya dan otomatis menaruhnya di kotak lost and found terdekat
- Setiap kali anak merasa kehilangan barang maka ia mudah menemukannya di kotak lost and found
- Munculnya perasaan yang tidak nyaman saat anak mempunyai barang yang belum diberi label.
Selamat menjalankan program labelling barang semoga menjadi sarana membangun karakter positif bagi anak didik kita.
Miftahu Jinan, M.Pd.I., LCPC
Direktur Griya Parenting Indonesia