Cerewet

Cerewet inilah sebenarnya yang paling dibenci oleh anak-anak dari orangtua mereka. Namun, tidak ada orangtua manapun yang menghendaki dirinya dilabeli “cerewet” oleh anak-anak mereka.

Ibu Fitri meminta putranya untuk segera mandi. “Mas…, sekarang waktunya apa, sih? Kok masih di depan televisi?” ”Mas…, coba lihat itu sudah jam berapa sekarang?” “Mas…, sekarang sudah pukul 06.15, nanti terlambat, lho.” “Ya Allah, Mas…, dengar omongan Mama, nggak?” Sambil mendekati putranya ibu Fitri berkata, ”Ayo, sekarang mandi ! Kalau tidak segera, saya pukul nanti.”

Untuk sebuah aktivitas mandi yang harus dilakukan oleh putranya, ibu Fitri harus menyampaikan lima pernyataan, baru putranya mau melakukan apa yang dikehendakinya.

Ibu fitri memang tidak menghendaki ini semua terjadi. Namun, rasa sayangnya terhadap putranya dan ia tidak ingin putranya sampai terlambat berangkat ke sekolah membuatnya rela melakukan ini semua. Di lain pihak, justru inilah yang sangat dibenci oleh anak dari orangtuanya.

Tampaknya, ada perbedaan pemahaman antara orangtua dan anak dalam menyikapi pernyataan-pernyataan di atas. Perspektif orangtua hanya dengan beberapa pernyataan inilah anaknya baru mendengarkan kata-kata mereka.

Sementara dari perspektif anak, penyataan yang banyak dan bertubi-tubi tersebut menunjukkan bahwa orangtuanya sebenarnya tidak sungguh-sungguh meminta mereka untuk melakukannya.

Sebenarnya dengan melihat beberapa pernyataan ibu Fitri di atas, kita dapat mempertimbangkan beberapa hal.

  1. Pernyataan pertama dan kedua ibu Fitri sebenarnya hanya meminta pendapat dan tidak meminta kepada putranya untuk melakukan suatu aktifitas.
  2. Pernyataan-pernyataan di atas akan lebih efektif jika anak telah mempunyai jadwal yang selama ini disepakati dan dilatihkan kepada mereka.
  3. Dari pernyataan pertama ke pernyataan kedua dan ketiga tidak dilanjutkan dengan suatu tindakan orangtua sehingga pernyataan-pernyataan tersebut berlalu begitu saja.
  4. Biasanya pernyataan-pernyataan seperti di atas disampaikan oleh orangtua sambil mengerjakan suatu aktivitas dalam jarak yang agak jauh dari anak. Ini membuat pernyataan-pernyataan tersebut semakin tidak memberikan pengaruh.

Dengan mempertimbangkan beberapa aspek di atas, sebenarnya orangtua bisa mulai menghindari mengucapkan pernyataan-pernyataan yang berulang tapi tidak mempunyai dampak bagi anak, sehingga label “cerewet” pun InsyaAllah dapat dihindari oleh orangtua. Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan oleh orangtua.

1. Memposisikan Tubuh sesuai Tinggi Anak.

Dengan memosisikan badan sesuai tinggi anak, anak merasa bahwa orang tua menghormati dirinya. Hanya dengan penghormatan yang tulus dari orang tua, anak juga akan menghormati perintah orang tuanya.

2. Menatap Mata Anak.

Tatapan mata adalah tanda awal adanya hubungan yang baik. Banyak orang tua meminta anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa menatap mereka. Anak akhirnya tidak merasa diminta melakukan sesuatu oleh orang tuanya.

3. Mengubah Nada Suara.

Beberapa orang tua mampunyai pemahaman bahwa melalui suara yang keras perkataan mereka lebih didengarkan oleh anak-anak mereka. Padahal, pemahaman ini lebih sering salah daripada benarnya. Pastikan nada suara kita tegas tapi tetap lembut saat meminta mereka. Ketegasan tidak identik dengan kelantangan.

4. Menyampaikan dengan Kata-kata Jelas

Menyatakan permintaan dengan kata-kata yang jelas tanpa bertele-tele. Memisahkan antara meminta pendapat anak dengan meminta anak melakukan sesuatu.

5. Tetap Tenang.

Walaupun hati bergejolak melihat anak belum melakukan permintaan orangtua melalui sebuah pernyataan, orangtua harus tetap tenang sambil mengulangi teknik ini dari awal dengan tatapan yang lebih berwibada dan suara yang lebih tegas tapi tetap lembut.

Miftahul Jinan, M.Pd.I., LCPC

Direktur Griya Parenting Indonesia

Disadur dari Buku “Tips Instan Mendidik Anak.”