Beda Antara Bisa dan Terbiasa

Beberapa bulan terakhir ini saya mendapatkan amanah untuk membantu beberapa pondok pesantren terutama dalam hal pengasuhan santri dan manajemen kamar mereka.

Pada tahap training program diatas, rata-rata mereka dapat melaksanakan dengan baik seperti standardisasi kerapian lemari santri, tanggung jawab pada barang kecil dan pola komunikasi antara wali asuh santri dan santrinya.

Namun setelah dua bulan hingga tiga bulan, tidak semua pesantren mampu melanjutkan program tersebut kecuali beberapa pesantren yang mempunyai energi untuk Istiqomah melaksanakan terus menerus dan memiliki sistem evaluasi yang jelas.

Karena untuk “bisa” orang hanya perlu energi awal untuk memulai sesuatu dengan benar. Tetapi untuk “terbiasa” orang perlu energi lanjutan untuk tetap melaksanakan dalam rentang waktu yang cukup panjang.

Seperti mengajarkan anak untuk “bisa” merapikan mainannya dengan mempraktekkan merapikannya setelah bermain. Dimulai dari contoh orangtua untuk merapikan mainan putranya, kemudian mengajarkan kepadanya. Tetapi untuk “terbiasa” seorang anak harus bertanggung jawab terhadap mainannya dan ia perlu energi untuk “bisa” dan “mau” merapikan hingga selanjutnya membiasakan untuk merapikan.

Bisa berbeda dengan terbiasa, bisa adalah mengajari anak untuk melakukan suatu aktifitas positif tertentu. Sementara terbiasa adalah melajutkan kegiatan yang sudah bisa dilakukan sehingga menjadi kebiasaan.

“Bisa” dimensinya kognitif psikomotor sementara “terbiasa” lebih sering pada dimensinya afektif. “Bisa” adalah skill dan “terbiasa” adalah karakter.

Miftahul Jinan, M.Pd.I., LCPC

Direktur Griya Parenting Indonesia