Jangan Memberi Gadget “Gratisan” kepada Anak

Mungkin saat ini para orangtua yang telah memberikan handphone (HP) kepada putra-putrinya yang menginjak remaja merasa khawatir. Peristiwa yang menimpa beberapa remaja putri pada kasus Facebook menjadi momok yang sangat menakutkan bagi mereka, sementara mereka tidak mungkin mengambil kembali HP tersebut dari tangan putra-putrinya.

Rasa gundah tidak hanya mendominasi orangtua yang mempunyai remaja putri dengan HP di tangan mereka. Orangtua remaja putra sebenarnya juga merasakan hal serupa. HP disertai beragam fitur di dalamnya telah mengubah sikap dan perilaku putra-putri mereka. Ada beberapa alasan bagi orangtua untuk patut khawatir dan waspada terhadap kemungkinan negatif yang dapat terjadi. diantaranya :

  1. Anak lebih senang berkomunikasi dengan HP-nya daripada berkomunikasi dengan orangtua atau saudaranya. Seringkali anak-anak menjawab pertanyaan orangtuanya sambil sibuk bermain HP.
  2. Anak yang kecanduan HP kurang mampu mengatur waktunya. Hingga larut malam pun mereka asyik dengan HP.
  3. Anak-anak yang lebih fokus pada gadget mengalami banyak penurunan daya konsentrasi terhadap pelajaran.
  4. HP yang disertai fitur akses internet memberi keleluasaan bagi anak-anak untuk mengakses situs-situs yang baik maupun tidak baik, sedangkan orangtua akan sulit melakukan kontrol terhadap materi yang mereka akses.
  5. Sering ditemukan foto-foto hasil jepretan kamera HP milik anak yang tidak selayaknya disimpan dalam HP atau bahkan dikirimkan kepada teman-temannya.
  6. Beberapa korban Facebook terjadi di mana-mana, seperti kasus beberapa remaja putri yang dibawa lari oleh rekan baru yang dikenal lewat Facebook HP.

Meski demikian, orangtua yang saat ini belum membelikan HP bagi anak-anaknya yang terus meminta sebenarnya juga tidak kalah khawatir. Beberapa kasus anak yang nekat minggat dari rumah karena belum dibelikan HP semakin sering kita dengar. Bahkan ada seorang anak yang bunuh diri karena orang tuanya tidak mampu membelikan HP.

Kondisi ini memang ibarat buah simalakama. Jika dimakan bapak mati tetapi jika tidak dimakan si ibu juga mati. Jika kita membelikan HP untuk anak, maka bersiaplah untuk menghadapi beberapa fenomena seperti di atas. Sebaliknya, jika kita masih dapat menunda, hindarkan anak dari perbuatan nekat yang bisa membuat susah semuanya.

Terlepas dari keputusan untuk membelikan atau menunda, sebenarnya orangtua harus mempersiapkan putra-putrinya dengan beberapa hal berikut ini:

1. Membiasakan untuk Memberikan Kebutuhan Anak, Bukan karena Kesenangannya.

Tentunya pembiasaan ini harus dimulai saat anak masih kecil dan dari hal-hal yang kecil pula. Saat anak kita meminta suatu jenis makanan tertentu, kita perlu bertanya kepadanya apakah ia memang membutuhkannya atau tidak. Jika anak tersebut memang membutuhkannya, maka kita dapat memberikannya. Namun, saat anak meminta hanya karena tertarik warna atau kemasannya, kita dapat menolak permintaannya.

Saat anak telah diberi fasilitas HP atau komputer karena sikap atau prestasinya yang baik harus diikuti dengan beberapa tanggung jawab seputar fasilitas tersebut, seperti tanggung jawab terhadap waktu dan cara menggunakannya, materi yang dapat diolah dengan fasilitas tersebut, atau tanggung jawab untuk merawatnya.

Pastikan dalam tanggung jawab tersebut disertai konsekuensi-konsekuensi logis jika melanggarnya. Saat pelanggaran terjadi, berlakukan konsekuensi tersebut secara tegas. Saat ini masih sering kita temui orangtua yang memberikan fasilitas kepada anak tanpa sebab yang layak untuk mendapatkannya.

Kemudian orangtua memberikan fasilitas tersebut tanpa ada aturan dan tata cara yang disepakati bersama. Akibatnya, anak merasa bahwa fasilitas tersebut adalah miliknya dan tidak ada alasan bagi orangtua untuk mengontrolnya.

3. Melatih Anak Berpikir dan Memilah yang Baik atau yang Buruk secara Mandiri.

Orangtua tidak mungkin selalu mengontrol seluruh aktivitas anak, apalagi jika anak sudah mulai beranjak remaja. Kemampuan anak untuk berpikir kritis dan mampu memilah mana yang baik dan buruk secara mandiri akan menghindarkan anak terjerumus pada kegiatan-kegiatan yang kurang baik.

Iklim keluarga yang dialogis yang memberi kesempatan kepada anak untuk memutuskan hal-hal kecil yang dilakukan berdasarkan pertimbangan nalar mereka akan mempermudah proses pelatihan tersebut.

4. Membangun Komunikasi yang Harmonis antara Anak dan orangtuanya.

Seorang anak yang mempunyai keberanian untuk curhat kepada orang tuanya relatif mudah untuk diarahkan sesuai keinginan orang tua. Anak tersebut juga relatif lebih aman dan terhindar dari pengaruh-pengaruh negatif sekelilingnya.

5. Meningkatkan Pengawasan Orangtua

Orangtua harus meningkatkan penguasaan mereka terhadap teknologi informasi sehingga setiap fasilitas yang akan diberikan kepada anaknya bisa diprediksi apa saja yang dapat dilakukan oleh anak dengan alat tersebut.

Miftahul Jinan, M. Pd. I., LCPC

Direktur Griya Parenting Indonesia

Disadur dari buku “Tips Instan Mendidik Anak”