Ada dua orang kakek kembar yang mendapatkan hadiah berharga dari seorang cucu tersayang mereka, yaitu masing-masing mendapatkan HP terbaru. Pada kakek pertama ia gunakan HP tersebut untuk telepon dan SMS. Sementara pada kakek kedua HP tersebut ia manfaatkan untuk telepon, SMS, Facebookan, twitters, download tilawah Al Quran, dan lain-lain.
Apa yang membedakan antara kakek pertama dan kakek kedua ?, mungkin banyak alternatif jawaban yang dapat kita jumpai dari pertanyaan di atas dan salah satu jawabannya adalah kakek kedua lebih mampu memanfaatkan fitur-fitur yang ada dalam HP baru tersebut.
Diibaratkan sebuah HP dengan fitur-fitur di dalamnya yang bisa kita manfaatkan maka kehidupan anak dengan seluruh aktifitas di dalamnya adalah fitur-fitur yang dapat kita optimalkan untuk menjadi sarana mendidik anak-anak.
Seperti aktifitas makan anak di rumah, di sekolah atau di pesantren, bisa saja aktifitas ini berlalu begitu saja sebagai aktifitas biasa yang hanya untuk membuat anak kenyang. Sebaliknya, aktivitas di atas dapat kita jadikan sebagai fitur pendididikan yang di dalamnya ada nilai-nilai tanggung jawab terhadap kebersihan alat-alat makan mereka.
Tentu skenario dan proses makan akan menentukan kemana fitur makan kita arahkan. Jika makan hanya sebagai kegiatan rutin untuk menambah tenaga anak tentu skenario dan prosesnya berjalan sederhana dan alami.
Tetapi jika aktifitas makan anak kita jadikan sebagai fitur pendidikan tanggung jawab, bersih dan rapi, tentu proses dan skenarionya harus kita rencanakan dulu dan selalu kita evaluasi pasca aktifitas.
Saya pernah mengunjungi sebuah pesantren di daerah Paiton Probolinggo, saya meminta izin untuk masuk ke dalam beberapa kamar dan subhanallah saya menjumpai kamar-kamar yang sangat rapi dan bersih, semua ditempatkan pada tempatnya.
Saya meminta untuk membuka beberapa lemari milik santri dan saya kembali dikejutkan dengan sususan kitab dan pakaian yang tertata dengan rapi. Saya yakin ini semua bukanlah sebuah kebetulan tetapi program dan sistem yang menjamin semua berjalan dengan pola-pola tertentu.
Akhirnya saya memahami kamar santri dipesantren tersebut bukan hanya sebagai tempat untuk menaruh barang-barang dan kitab-kitab, tetapi sekarang berkembang menjadi fitur untuk mendidik anak dan santri hidup bersih, rapi serta menempatkan barang pada tempatnya.
Kelak fitur tersebut menjadi habit yang akan menjadi karakter. Dan ini semua akan menjadi bekal mereka dimasa mendatang untuk selalu hidup rapi, bersih dan selalu menempatkan barang pada tempatnya.
Sekarang tantangannya ada pada kita para orangtua dan pendidik, bagaimana menjadikan setiap fitur kehidupan pada anak-anak dan santri kita sebagai sarana mendidik mereka.
Miftahul Jinan, M.Pd.I., LCPC
Direktur Griya Parenting Indonesia