Mungkin sudah tidak waktunya lagi mempertentangkan sebuah pernyataan dari seorang pujangga Inggris “Apa arti sebuah nama” dengan konsep Islam bahwa salah satu kewajiban orangtua adalah memberi nama yang baik bagi anaknya.
Sebagai seorang muslim tentu kita mengikuti konsep Islam, memberi nama anak-anak kita dengan nama yang baik. Bahkan Allah melarang kita untuk memanggil seseorang dengan label negatif.
Sebagai seorang guru, sekarang ini saya sering menemukan nama-nama yang indah dari buku absen siswa dibandingkan nama-nama anak 20 tahun yang lalu. Inilah fakta yang patut kita syukuri, banyak orangtua yang telah menyadari betapa pentingnya nama bagi seorang anak.
Namun dalam tataran fungsionalisasi nama, saya masih sering menemukan fakta yang cukup memprihatinkan dipergaulan kita dengan anak-anak, diantaranya adalah :
1. Tidak Menyebut Spesifik Nama Anak
Banyak guru, ustadz, dan bahkan orangtua sendiri memanggil anak tanpa menyebut spesifik nama anak. Guru memanggil seorang anak Didik, “Ya, yang duduk dipojok silahkan berdiri”, ustadz memanggil santri nya, “Akhi… kesini, atau orangtua, “mas… bapak minta tolong”. Untuk semua panggilan di atas tanpa menyebutkan nama spesifik anak.
2. Anak dipanggil dengan Label Negatif
Dalam pergaulan antar teman, bahkan antar guru dan anak atau antar orang tua dan anak masih sering terdengar label negatif, anaknya memiliki rambut keriting sering dipanggil oleh gurunya, “Hai, yang keriting itu, anak dari pulau Flores, sering dipanggil, “Hai Flores” dan lain-lain.
Tulisan ini hanya mengingatkan bahwa di balik sebuah nama yang selalu disebut, ada banyak nilai yang diterima oleh seorang anak, diantaranya ;
1. Nama sebagai Identitas Diri
Nama adalah identitas diri yang seharusnya menambah kebanggaan jika ia disebut. Karena ia adalah sosok yang memiliki karakter sesuai dengan nama yang disebutnya.
2. Nama sebagai Pembentuk Karakter Anak
Sebuah nama dapat mendorong pemiliknya untuk menjauhi perilaku atau kondisi yang tidak sesuai dengan namanya. Seorang anak yang bernama Amin, tentu mempunyai dorongan dari dalam untuk menjadi orang yang lebih dipercaya dan menghindari perilaku yang membuatnya kurang dipercaya
3. Nama sebagai Doa dan Harapan
Di dalam nama ada doa dan harapan orangtua. Nama Abdurrochim tentu ada doa orangtua untuk anaknya agar menjadi seorang hamba yang memiliki sifat kasih dan sayang
4. Nama sebagai Irama yang Paling Merdu
Nama bagi pemiliknya adalah irama yang paling merdu. Jika berbincang dengan seseorang dan kita sering menyebut namanya dalam pembicaraan kita, maka ia akan merasa dekat dengan kita. Seorang guru yang selalu memanggil nama siswanya saat mereka meminta untuk menjawab pertanyaan, tentu siswanya akan merasa dekat dengan gurunya.
Masihkah kita bermain-main dengan nama anak-anak kita?
Miftahul Jinan, M.Pd.I., LCPC
Direktur Griya Parenting Indonesia