Menunggu Untuk Menghargai Santri

Kita sering memahami bahwa penghargaan selalu merupakan respon dari perilaku baik yang dilakukan oleh santri. Seperti saat santri mendapatkan rangking di sekolahnya, lalu kita memberinya hadiah kepadanya. Atau saat santri telah membantu menyapu halaman sekolah/asrama, kemudian kita menghargainya.

Jika pemahaman kita demikian, maka betapa terbatasnya kita di dalam menghargai santri menunggu mereka melakukan kebaikan-kebaikan, baru kita bisa menghargainya. Lalu bagaimana dengan beberapa santri-santri yang kebetulan belum menunjukkan perilaku baiknya di depan kita? Tentu kita akan merasakan kesulitan untuk memberi penghargaan kepadanya. Dan akhirnya kita tidak pernah bisa menghargainya.

Sebenarnya penghargaan tidak harus menunggu santri melakukan kebaikan-kebaikan sesuai dengan harapan kita. Apalagi penghargaan tersebut berupa perhatian non verbal. Ia bisa kita lakukan kapanpun dan di manapun kita bertemu dengan santri. Seperti saat kita berbicara dengan santri lalu kita posisikan tubuh kita setinggi santri sambil kita condongkan tubuh ke arah santri dan fokus pada pembicaraan santri. Ini tentu sebuah penghargaan yang bisa kita lakukan tanpa harus menunggu santri melakukan sebuah kebaikan di depan kita. Justru sikap kita yang selalu menghargai santri saat berbicara, akan mandorong munculnya sikap hormat mereka kepada kita.

Bahkan penghargaan non verbalpun bisa kita lakukan tanpa menunggu mereka telah melakukan kebaikan. Seperti saat kita menjumpai santri-santri kita telah belajar sungguh-sungguh dalam menghadapi ujiannya, maka kita biasanya berkata, “Anak-anak terima kasih untuk sungguh-sungguhnya di dalam menghadapi ujian”. Pernyataan ini memang sering kita sampaikan setelah santri-santri bersungguh-sungguh, tetapi tidak menutup kemungkinan kita sampaikan sebelum mereka melakukan untuk mendorong mereka bersingguh-sungguh. Daripada apa yang sering kita lakukan sebelum ujian, “Anak-anak kalian harus bersungguh-sungguh ya dalam ujian kali ini.” Ada nada perintah, dan itu kurang menghargai pada santri.

Bagi kita seharusnya menghargai santri tidak harus menunggu mereka melakukan kebaikan-kebaikan sesuai harapan kita, karena menghargai bukanlah selalu hukum timbal balik, atau aksi dan reaksi. Ia merupakan perbuatan yang baik yang seharusnya selalu kita lakukan. Kita melakukannya bukan karena respon yang kita dapat dari santri tetapi mengharap balasan terbaik dari Allah. Bukankah setiap santri adalah ciptaan terbaik Allah yang layak kita hargai? Jika santri-santri itu menjadi lebih baik karena penghargaan kita kepada mereka, anggap saja itu adalah bonus dari Allah SWT.

Drs. Miftahul Jinan, M.Pd.I., LCPC.

Direktur Griya Parenting Indonesia