Refreshing di Tengah Kesibukan Belajar

Saya pernah bertanya kepada seorang anak SMA, mengapa mereka menyukai games online ?. Ia menjawab, “untuk refreshing om.” Saya sangat memahami mengapa ia menjawab dengan jawaban tersebut. Tugas belajar yang cukup panjang semenjak pagi hingga malam, sangat menguras kebugaran fisik, pikiran, dan jiwanya. Sehingga ia memang membutuhkan sejenak refreshing disela-sela kegiatan belajar mereka yang padat.

Saya pernah mencoba untuk membandingkan tugas belajar yang saya lewati pada usia yang sama dengan tugas belajar anak-anak saat ini, saya harus akui bahwa rentang belajar anak-anak sekarang jauh lebih panjang dan berat. Pukul 05.30 mereka harus mulai bersiap untuk berangkat ke sekolah.

Jalanan yang sering mengalami kemacetan dan jarak sekolah yang agak jauh memaksa mereka untuk berangkat lebih pagi. Pukul 06.30 mereka harus berada di sekolah untuk mengitu kegiatan pra-pelajaran.

Selesai sekolah sekitar pukul 13.00 mereka sudah ditunggu dengan bimbingan belajar internal sekolah hingga pukul 15.00. Pada pukul 16.00 hingga 17.30 lembaga bimbingan belajar sudah menunggu mereka untuk mempelajari trik-trik menghadapi soal ujian. Sehingga sangat wajar jika kebutuhan refreshing bagi mereka lebih tinggi dari pada kebutuhan saya dahulu.

Mengapa manusia membutuhkan refreshing disela-sela aktivitas mereka ?, untuk menjawab pertanyaan ini tampaknya kita harus belajar dari apa yang telah dilakukan oleh para petani terhadap sawahnya.

Saya lahir dari keluarga petani. Walaupun tidak banyak teori maupun praktek pertanian yang saya dapatkan dari orangtua saya, tetapi saya mengetahui bahwa bapak saya setiap tahunnya dapat menanam padi pada dua kali dalam satu tahun, kemudian dilanjutkan dengan menanami lahannya dengan tanaman palawija.

Alasan dari pola tanam ini adalah karena menyesuaikan dengan iklim yang berhubungan dengan ketersediaan air pada lahan tersebut. Disamping alasan iklim sebenarnya ada alasan lain yang menyangkut kebaikan lahan pertanian jika dilakukan pergantian jenis tanaman. Menanam palawija adalah rehat bagi tanah dari menanam padi, seperti refreshing games online bagi seorang pelajar yang padat dengan aktivitas belajarnya.

Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa anak-anak sekarang lebih cenderung memilih kegiatan refreshing bermain games online dibandingkan dengan anak dahulu yang lebih menyukai olahraga ?. Ada dua faktor yang menyebabkan mereka memilih games online dibandingkan kegiatan refreshing lainnya.

Pertama, waktu yang sempit disela-sela jadwal harian yang padat memaksa mereka untuk memilih jenis refreshing yang cepat, mudah, dan murah. Jenis refreshing yang dapat menjawab ketiga karakteristik ini hanya ada pada games online. Dapat dilakukan dalam waktu yang pendek, mudah ditemui pada warnet-warnet di sekitar sekolah bahkan ada pada HP, dan sangat terjangkau bagi isi kantong mereka.

Kedua, Games online tidak tergantung pada kehadiran sejumlah teman, tidak seperti refreshing olahraga yang membutuhkan kehadiran teman dalam jumlah tertentu. Permainan pingpong atau sepak bola sangat tergantung pada hadirnya teman-teman yang lain. Sementara games online cukup satu orang yang yaitu dirinya sendiri.

Dalam hal ini tantangan yang sebenarnya bagi orangtua adalah meneliti apakah games online memang benar-benar menghadirkan suasana segar kembali bagi anak setelah melewati kegiatan belajar yang panjang.

Karena filosofi dari “refreshing” (re-fresh) adalah hadirnya kebugaran kembali setelah mengerjakan aktivitas tertentu disela-sela kegiatan utama. Jika games online mampu menghadirkan kondisi yang bugar baik dari fisik, pikiran dan jiwa, maka rasa suka anak terhadap games tersebut adalah sesuatu yang sangat bermanfaat. Tetapi sebaliknya jika anak justru tidak mendapatkan semua aspek kebugaran tersebut, maka games online sebagai sarana refreshing justru merupakan hal yang kontra produktif.

Saya pernah bertanya kepada salah seorang guru di pondok pesantren, apa makna istirahat, rekreasi, atau refreshing bagi ustadz. Beliau menjawab bahwa istirahat, rekreasi, atau refreshing adalah melakukan kegiatan yang berbeda dari kegiatan sebelumnya. Jika mengacu pada definisi refreshing yang disampaikan oleh ustadz tersebut maka kita dapat menganalisa apakah bermain games online adalah kegiatan yang berbeda dengan belajar ?.

Pertama, jika dilihat dari sisi konten kita akan menemukan perbedaan yang jauh antara materi pelajaran dengan games.

Kedua, perbedaan yang lain pada keduanya adalah dalam hal respon dan posisi anak jika dihadapkan pada materi pelajaran dan games online. Dihadapan materi pelajaran seorang anak cenderung sebagai pihak yang menerima materi dan harus mengerjakannya dengan baik jika ada tugas. Sebaliknya dihadapan games online seorang anak adalah pribadi yang mandiri dan bebas menentukan level dan jenis games yang ia pilih. Ia juga selalu merasa tertantang untuk menyelesaikan level-level pada games karena games tersebut memang didesain untuk membuat anak selalu penasaran.

Ketiga, dari sisi indera dan fisik yang digunakan oleh anak antara saat belajar dan bermain games sebenarnya ada kesamaan. Seorang anak yang belajar sangat tergantung dengan indera mata begitu juga saat bermain games online. Kedua aktivitas tersebut juga cenderung tidak menggunakan seluruh fisiknya, sehingga anak cenderung pasif dan hanya duduk.

Dari Analisa diatas ada dua aspek yang mendukung orangtua untuk menerima games online sebagai refreshing yang disukai anak kita. Ada satu aspek kesamaan antara kegiatan belajar dan bermain games online yang sama yaitu aspek indera dan fisik.

Sehingga sangat wajar jika beberapa anak seusai bermain games tidak mendapatkan kebugaran fisik yang optimal. Sangat berbeda jika jenis refreshing yang dilakukan adalah olahraga atau berjalan-jalan.

Sebenarnya kita sudah dapat mengetahui pentingnya refreshing bagi anak di sela-sela waktu belajar mereka yang sangat padat. Pemilihan games online sebagai alternatif jenis refreshing adalah pilihan yang baik tetapi bukanlah pilihan terbaik. Saya yakin kita hanya menginginkan hal-hal yang terbaik untuk putra-putri kita.

Miftahul Jinan, M.Pd.I., LCPC

Direktur Griya Parenting Indonesia

Disadur dari buku “Awas Anak Kecanduan Games”