Slogan-Slogan Kosong

Saya sering mendapatkan kata mutiara “Kebersihan Sebagian dari Iman” tertempel dengan indah di beberapa tempat, seperti tembok sekolah, halaman pesantren, fasilitas umum, kamar panti asuhan dan lain-lain. Namun anehnya semakin sering saya menjumpai kata mutiara tersebut maka semakin berkurang keyakinan saya akan kemanjurannya.

Minimal ada dua alasan mengapa keyakinan tersebut muncul dalam benak, tanpa mampu membendungnya. Pertama, hampir pada setiap tempat yang saya jumpai statement di atas saya menemukan kondisi lingkungan yang kotor dan sangat bertolak belakang dengan kandungan kata mutiara tersebut. Kedua, sebaliknya saya jarang menjumpai tempat- tempat yang bersih dan rapi terpampang kata mutiara di atas.

Ini bukanlah masalah keyakinan saya tentang kebenaran kata mutiara tersebut, tetapi ini tentang bagaimana kita menjadikan nilai-nilai yang baik di sekeliling kita mampu kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Seringkali kita mempunyai keyakinan bahwa dengan memahami sebuah nilai yang baik maka seseorang secara otomatis akan melakukannya. Kemudian akan muncul darinya kebiasaan, dan selanjutnya akan muncul karakter yang baik. Seperti menempelkan statement “al nadhofatu min al iman” pada beberapa tempat terbuka dengan harapan orang-orang dapat memahaminya dan pada akhirnya akan melaksanakannya.

Padahal di antara pemahaman dan perbuatan ada jarak yang cukup jauh. Di antara jarak tersebut adalah “how” (bagaimana caranya). How ini dapat berupa tersedianya alat untuk membersihkan (tempat sampah, sapu dll), petugas yang membersihkan sampah, dan kepedulian tokoh-tokoh di lingkungan tersebut tentang arti kebersihan.

Jarak antara pemahaman dan perbuatan di atas akan semakin melebar jika pada lingkungan tersebut dihuni oleh sebuah komunitas yang tidak sedikit. Maka dibutuhkan “how” yang lebih kompleks lagi seperti memahamkan setiap penghuninya tentang arti kebersihan dan melatih mereka cara membersihkan.

Dengan tulisan ini saya tidak bermaksud untuk menghilangkan kata mutiara/slogan yang baik yang telah lama kita pasang pada lingkungan sekitar kita, tetapi lebih pada peringatan sejenak bahwa ada tugas lanjutan setelah sebuah slogan seperti “al nadhofatu min al iman” telah kita pasang yaitu membangun sebuah sistem yang baik yang dapat menjamin kebersihan dapat terwujud.

Kalau mengacu pada rumus management maka sistem di sini dapat berupa SOP kebersihan, penanggung jawab kebersihan, simulasi kebersihan, fasilitas kebersihan dan hadirnya tokoh-tokoh teladan kebersihan.

Kata mutiara/slogan di atas dapat berupa kata-kata kita kepada anak-anak. Seperti saat kita membangun komitmen bersama anak tentang mengembalikan barang pada tempatnya. Kita mulai komitmen tersebut dengan menjelaskan makna dari mengembalikan barang dan langkah-langkahnya.

Kemudian kita menunggu anak melaksanakan komitmennya sehari-hari dengan baik. Maka bersiap-siaplah untuk merasakan kekecewaan. Mungkin anak melaksanakan komitmennya sehari dua hari, tetapi tidak untuk hari-hari selanjutnya.

Mengapa ini seringkali terjadi ?, tidak ada jaminan sama sekali bagi anak yang telah memahami sesuatu ia mampu mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari apa yang dipahaminya apalagi membiasakannya. Karena ada jarak antara pemahaman dan perbuatan, serta ada jarak antara perbuatan dan kebiasaan.

Sehingga pada setiap slogan yang telah tertempel seharusnya didukung oleh sebuah sistem yang memastikan slogan tersebut dapat dilakukan dengan baik secara berulang-ulang sebagai kebiasaan. Hingga akhirnya kebiasaan tersebut dijalakan secara otomatis dan tumbuh menjadi karakter.

Kata kuncinya adalah pada setiap slogan yang kita tempelkan mari kita rencanakan sebuah system lingkungan yang dapat menjamin slogan tersebut menjadi karakter dan kepribadian kita. Sistem itu dapat berupa konsistensi kita di dalam mengawal terlaksananya slogan tersebut selama beberapa waktu tertentu (biasanya 30 hari), pemberian feedback yang seimbang, teladan yang baik dan lain-lain.

Akhirnya bukan slogannya yang kosong, tetapi belum ada sistem yang menjamin slogan tersebut dapat dengan mudah diimplementasikan

Miftahul Jinan, M.Pd.I., LCPC.

Direktur Griya Parenting Indonesia